Selain ibadah haji yang dijalankan jutaan orang di Mekah, Iduladha juga dirayakan umat Islam di seluruh dunia dengan salat id dan dilanjut dengan penyembelihan hewan kurban. Hewan-hewan yang disembelih bisa berupa domba/kambing, kerbau, sapi, ataupun unta. Setelah selesai, daging dibagikan masyarakat sekitar.
Hewan atau binatang untuk keperluan kurban didapat dari orang yang mampu. Dalam beberapa dalil, ayat Quran dan hadis menganjurkan mereka untuk berkurban sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dengan mengorbankan sebagian harta, dan juga kepedulian kepada masyarakat dengan menyediakan makanan bergizi (daging).
Perintah qurban saat ini sebenarnya bukan hal berat bagi orang kaya. Jika dibandingkan dengan sejarah kurban itu sendiri sangatlah ringan. Bayangkan saja, waktu itu, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk mengorbankan anak kesayangannya, Ismail, kepada Tuhan dengan cara disembelih. Perintah itu didapat melalui mimpi.
Baca juga: Amplop hijau angpau Idulfitri umat muslim di Asia Tenggara.
Sejarah kurban pada hari besar Iduladha
Dari berbagai sumber yang dikumpulkan uangindonesia.com, sejarah perintah kurban dimulai pada masa Nabi Ibrahim bersama anaknya bernama Ismail. Saat itu usia Ismail sekitar tujuh tahun dan merupakan anak kesayangan. Ibrahim sendiri mendapatkannya dari istri kedua, Hajar; dalam usia sudah tua; dan telah lama mengidamkannya.
Untuk menguji ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah, ia diberi mimpi untuk menyerahkan anak kesayangan itu dengan cara disembelih. Ibrahim pun menanyakan hal itu kepada Ismail untuk meminta pendapatnya. Tak disangka, ternyata Ismail menyetujui dan mengikhlaskan seperti halnya pada Nabi Ibrahim sendiri.
Akhirnya mereka pergi ke tanah lapang untuk melaksanan perintah itu. Tepat pada saat Ismail akan terkena tajamnya pedang si ayah, Allah mengganti anak tersebut dengan domba yang besar, sehat, dan bersih. Akhirnya yang jadi disembelih seekor domba. Sedangkan Nabi Ismail tetap masih hidup.
Sejarah di ataslah yang menjadi dasar asal-usul perintah umat Islam untuk berkurban hewan ternak. Hewan ternak yang dimaksud dapat berupa domba atau kambing, kerbau, sapi, maupun unta. Oh ya, kisah pengorbanan Nabi Ibrahim seperti di atas juga termuat di dalam Alquran. Tepatnya surat Ash Shaaffat, ayat 102—107. Bunyinya sebagai berikut:
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ), dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Baca juga: Hukum pesugihan dan uang gaib dalam agama Islam.
Sejarah lempar jumrah ada kaitannya dengan sejarah kurban Nabi Ibrahim
Jika sejarah qurban diceritakan secara detail, akan didapat kisah asal muasal lainnya juga. Seperti kita ketahui, pusat perayaan Iduladha ada di Mekah. Di sana para jamaah haji melempar batu-batu kecil ke tiga tiang yang dinamakan jembatan jumrah.
Ritual yang menjadi bagian rukun dari ibadah haji itu umum disebut lempar jumrah. Tujuan mereka melempar batu kerikil adalah sebagai simbol mengusir setan. Jika dikaitkan dengan sejarah kurban Nabi Ibrahim, ternyata keduanya memiliki hubungan.
Pada saat hendak menyerahkan Ismail, Nabi Ibrahim selalu digoda setan. Bisikan “Jangan lakukan itu!”, “Ayah macam apa Engkau sampai tega membunuh anak sendiri?!”, “Apa kata orang-orang jika Engkau benar-benar melakukan itu.”, dan rayuan lain terus terngiang di telinga. Namun, karena tekad sudah bulat, Ibrahim lalu mengusir setan dengan cara mengambil batu dan melemparkan ke arahnya seraya mengucapkan “Bismillaah, Allahuakbar!”
Dengan alasan itulah, jamaah haji sampai sekarang melempar jumrah sambil mengucapkan takbir. Maksudnya sebagai lambang mengusir setan sebagaimana mengikuti kisah Nabi Ibrahim saat hendak menjalankan perintah dari Allah.
Selanjutnya baca: Hukum jual beli uang kuno dengan harga mahal berdasarkan agama Islam.