Pada setiap lembar dan keping uang kartal, setidaknya terdapat 3 nilai: nominal, intrisik, dan riil. Nilai nominal gampang diketahui karena tertera pada uangnya. Nilai intrinsik paling susah. Nilai ini adalah harga bahan dan biaya cetak uang. Sedangkan nilai riil setengah susah, setengah gampang. Biar lebih jelas mengenai hal ini, silakan klik ini saja.
Meskipun ada tiga, tetapi yang akan uangindonesia.com bahas kali ini berkaitan nilai intrinsik saja. Untuk nilai lainnya kapan-kapan saja. Kira-kira berapakah ongkos mencetak uang Indonesia per tahunnya? Sama, lebih tinggi, atau justru lebih rendahkah daripada nominalnya? Dan membutuhkan biaya lebih mahal mana antara pembuatan uang kertas dan uang logam?
Ongkos atau biaya cetak uang kertas dan uang logam
Berdasarkan kompas.com, Bank Indonesia menghabiskan dana sampai 2 triliun rupiah untuk tahun 2015. Berdasarkan data sebelumnya, setiap tahun biaya tumbuh 13%. Jadi, untuk tahun 2016 dipastikan lebih besar dari Rp2 triliiun itu.
Mengapa setiap tahun? Bukankah uang baru Indonesia tidak keluar tiap tahun? Maksudnya mencetak uang baru di sini bukan mencetak uang emisi baru, melainkan mencetak ulang ‘model’ sebelumnya. Anda tau, karena digunakan sehari-hari, pasti ada saja uang menjadi lecek bahkan rusak. Secara berkala uang-uang rusak ini ditarik dari peredaran dan digantikan yang baru agar jumlah uang yang tersedia tetap stabil.
Saya lagi malas mencari info lebih lanjut apakah anggaran sebanyak itu hanya untuk harga bahan dan ongkos produksi, atau sekaligus untuk pendistribusian juga. Yang jelas, kalau mencetak uang emisi baru, pasti membutuhkan biaya yang lebih banyak lagi.
Apakah biaya cetak uang baru sama, lebih rendah, atau justru lebih tinggi bila dibandingkan dengan nominalnya?
Misal selembar uang kertas memiliki nominal Rp1.000,00. Apakah ongkos yang dibutuhkan untuk membuat selembar uang tersebut sama (seribu rupiah juga) atau justru lebih murah/mahal?
Idealnya, harga intrinsik harus lebih murah daripada nominalnya. Untuk membuat uang nominal Rp1.000,00, sebaiknya ongkosnya tidak melebihi dari angka tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyalahgunaan. Coba bayangkan seandainya uang logam Rp500,00 menggunakan bahan emas yang harganya berkali-kali lipat lebih mahal. Pasti bukannya digunakan sebagai alat tukar, melainkan ditempa dan dibentuk perhiasan saja.
Baca juga: Benarkah uang logam Rp500,00 mengandung emas hingga sempat diburu untuk dijadikan cincin?
Namun, adakalanya ongkos pencetakan uang bisa lebih mahal daripada nominal yang ditetapkan. Kasus ini biasanya terjadi pada uang logam dengan nominal yang kecil. Anda tau sendirilah harga logam tidak murah. Dan hal ini tidak bisa dihindari karena biar bagaimana pun keberadaan uang nominal (pecahan) kecil juga diperlukan untuk mempermudah transaksi jual beli.
Kalau begitu, mengapa tidak menggunakan bahan kertas yang lebih murah saja? Dibandingkan dengan nominal besar, uang pecahan kecil lebih sering digunakan. Setiap harinya berpindah sangat cepat dari tangan orang satu ke orang lainnya. Atas dasar ini, logam dipilih sebagai bahan utama uang pecahan kecil agar tidak mudah rusak.
Antara uang kertas dan uang logam, biaya cetaknya lebih mahal mana?
Selama ini Anda mungkin berpikir ongkos pencetakan uang logam yang bahannya dari jenis alumunium, kuningan/tembaga, dan nikel akan lebih mahal jika dibandingkan dengan uang kertas yang bahannya cuma dari kapas. Ditambah, di atas saya bilang adakalanya nilai intrinsik uang logam lebih mahal dari nominalnya.
Namun ternyata pikiran Anda tidak benar. Faktanya, biaya cetak uang kertas masih lebih mahal daripada uang koin. Lalu, apa yang menyebabkan ongkos cetak uang kertas lebih tinggi? Ternyata alasannya masih berkaitan dengan denominasi uang kertas yang memang lebih besar-besar.
Semakin besar nominal uang, semakin besar pula biaya yang dibutuhkan untuk pencetakannya. Meskipun sama-sama terbuat dari kertas, antara pecahan Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 tentu ongkos pembuatannya lebih mahal yang Rp100.000,00.
Apa yang menyebabkan perbedaan itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah fitur pengaman. Uang pecahan besar harus dilengkapi fitur pengaman yang lebih banyak. Tujuannya agar tidak mudah dipalsukan. Pada selembar uang kertas, fitur pengamannya bisa mencapai 10 buah. Kemudian alasan lain mengapa biaya cetak uang kertas lebih mahal dibanding uang logam adalah karena bahannya diimpor dari luar negeri.
Selanjutnya baca: Apakah uang kertas Indonesia benar-benar terbuat dari bahan kertas biasa?